Kematian dan Kepulangan

Oleh: Afrianto Daud

Dari beberapa istilah yang digunakan oleh masyarakat kita dalam merujuk pada kematian, seperti 'meninggal', 'sampai ajal', 'tewas, 'wafat', atau 'mati' itu sendiri, saya paling suka dengan istilah 'berpulang'.
Ya, pulang, atau berpulang!



Istilah ini langsung menukik pada substansi kematian itu sendiri dalam hubungannya dengan kehidupan di dunia. Bahwa kematian bukanlah akhir perjalanan kehidupan. Dia hanyalah jembatan yang mengantarkan seseorang untuk pulang ke rumahnya, ke kampung halamannya.
Istilah ini sekaligus mengingatkan kita tentang substansi kehidupan di dunia yang sesungguhnya tak lebih dari 'negeri rantau', bukan tempat menetap selamanya. Karenanya, meminjam istilah Ibnu Al Jauzi, seorang perantau seyogianya tidak pantas menjadikan dunia itu sebagai rumah yang diimpikan. Dia hanyalah jembatan.
Setiap momen kepulangan pasti dipenuhi suasana emosional. Baik bagi mereka yang akan pergi, maupun yang ditinggalkan. Bagi seorang perantau, momen kepulangan adalah momen yang ditunggu. Kepulangan adalah momen yang dirindu. Tentu bukan pulang dengan tangan hampa. Tetapi, pulang sebagai 'perantau sukses'.
Bagi yang ditinggalkan, melepas mereka yang pulang (for good) bisa jadi akan diwarnai pelukan erat, dan isak tangis. Normal, sejak dahulu isak tangis dan sedu sedan hampir selalu menjadi bukti paling otentik yang merefleksikan cinta dan kasih sayang saat berpisah.
Namun jika kembali kepada filosopi 'berpulang' itu, maka seharusnya isak tangis itu tak boleh lama. Toh, semua kita akan berpulang, bukan?
Jika mereka yang tahu dimana rumahnya akan merindu untuk pulang, bisa jadi ada mereka yang tak mau pulang atau tak tahu jalan untuk pulang. Jika sampai pada posisi seperti ini, maka sebagai perantau kita perlu berhenti sejenak; merenungi jalan hidup tentang dimana dan mau kemana.
Jangan sampai, kita termasuk mereka yang tak mau 'pulang'. Mau atau tidak, kita pasti akan pulang, kawan.
Kita tak mau? Tapi akan ada waktunya kita akan 'dipaksa pulang'. Inilah kepulangan yang menyedihkan.
THE END!





I teach (and learn) for the same reason I breathe. Jatuh cinta dengan kegiatan belajar dan mengajar, karena dua aktifitas inilah yang menjadikan peradaban terus tumbuh dan berkembang ^_^ I have been teaching in various institutions in Indonesia, ranging from primary school to university level. I am currently an associate professor in the English education department of Universitas Riau, Indonesia. My research interests are in the areas of (English) teacher training and education, English Language Teaching, and educational policy in the Indonesian context. I am happy to share my knowledge with all interested teachers worldwide. Feel free to contact me through my email as seen in my blog :-). Many thanks!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »