Oleh: Afrianto Daud (Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Riau)
Apa diantara hal penting yang mesti dilakukan guru dan dosen saat mengelola kelas? Memastikan adanya engagement adalah diantara jawabannya.
Inti dari engagement adalah bahwa ada ikatan bathin (ikatan emosi) antara individu di dalam kelas, baik antar guru dan murid, maupun antar satu siswa dengan siswa yang lain. Engagement yang kuat tidak hanya akan membuat siswa bisa fokus pada proses pembelajaran, tetapi juga memungkinkan terbangunnya sense of community di dalam kelas. Ini akan terasa jika antar individu merasa bahwa mereka adalah bagian penting yang berkontribusi pada kesuksesan kelas.
Tantangannya adalah bagaimana seorang guru bisa membangun ikatan yang kuat ini agar pembelajaran berlangsung efektif? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan guru.
1. Libatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pastikan bahwa anda memandang setiap anggota kelas sebagai individu dengan 'gelas setengah penuh'. Setiap orang bukanlah gelas kosong yang hanya siap diisi. Tapi, mereka adalah individu dengan beberapa pengetahuan awal di kepala mereka tentang topik pembahasan (schemata).
Dengan schemata itu, mereka bisa berkontribusi, bahkan bisa menjadi diantara sumber belajar yang akan memperkaya pembahasan materi di dalam kelas. Dengan demikian, guru dan dosen semestinya tidak mengangap bahwa dia adalah sumber belajar satu-satunya di dalam kelas.
2. Pelibatan ini kemudian bisa dilakukan dengan cara mendesain kelas partisipatif, interaktif, dan kolaboratif. Siswa harus ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, bukan objek yang pasif. Peran guru harus lebih banyak memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai kegiatan yang memungkian setiap individu berinteraksi, bersosialisasi, dan berkolaborasi dalam proses pembelajaran. Inilah diantara inti pembelajaran yang berpusat kepada siswa (SCL), yang sekarang banyak diadopsi sebagai pendekatan pembelajaran terkini.
3. Sebagai fasilitator, pastikan anda bisa mengontrol setiap kegiatan siswa dengan baik. Salah satu cara efetif adalah, berjalan dan berkelilinglah di dalam kelas. Jangan jadi guru pemalas, yang hanya duduk di bangku guru, tak pernah berdiri, dari awal sampai kelas selesai.
4. Guru adalah derigent yang menentukan warna orkestrasi di dalam kelas. Jadi, meskipun pembelajaran berpusat pada siswa, keberhasilan SCL ini sangat ditentukan oleh ketrampilan guru mengarahkan, menghidupkan, dan mengatur naik turun 'nada pembelajaran' selama kelas berlangsung.
5. Gunakan bantuan teknologi dalam mendesain dan mengorkestrasi pembelajaran. Kerja kelompok, diskusi, presentasi, bahkan permainan di dalam kelas tentu tetap bisa dilakukan dengan cara tradisional, tetapi ada banyak aplikasi yang memungkinkan kegiatan pembelajaran aktif, interaktif, partisipatif, dan kolaboratif ini bisa berlangsung lebih efektif dan lebih efisien.
Dengan demikian, selain menguasai prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme dan sosial konstruktivisme yang dulu dipopulerkan ahli seperti Piaget dan Vygotsky, guru dan dosen perlu juga memperkaya dengan teori pembelajaran mutakhir di era digital berbasis ide Connectivisme yang diperkenalkan Siemen (2005).
Bagaimana melihat kualitas engagement di kelas kita? Salah satunya ketika siswa merasa waktu belajar di kelas berjalan seperti malam pertama penganten baru.
Eh, tiba-tiba kok sudah pagi aja harinya. Padahal ...