Ketika siswa (ter)tidur di kelas

Oleh. Afrianto Daud

Sedang viral sebuah video yang merekam aksi seorang ibu guru menyiram seorang siswa yang sedang (ter)tidur di kelasnya. Video ini dikomentari banyak orang. Walau satu dua ada yang mencoba memahami mengapa si ibu sampai membangunkan anak dengan cara seperti itu, mayoritas netizen berkomentar negatif. Mereka menyayangkan bahkan mengecam aksi kurang elok yang dilakukan si ibu guru.
Tentu sang ibu guru dan siswa yang ada di kelasnya yang persis tahu detail kisahnya, tentang apa yang terjadi sebelum aksi yang terlihat di dalam video. Namun, secara umum keputusan sang ibu guru membangunkan siswa yang tidur dengan cara seperti itu memang tidak tepat. Aksi itu dipandang tidak bijak dilihat dari berbagai sudut pandang, baik secara pedagogis maupun psikologis. Kabarnya sang guru dan pihak sekolah sudah meminta maaf dan berdamai dengan siswa.
Penting diingat oleh setiap pendidik dimanapun bahwa pada dasarnya setiap anak sudah memiliki niat baik dari rumah ke sekolah. Mereka berangkat dari rumah dengan niat belajar. Mereka berusaha bangun di pagi hari. Sebagian memaksakan diri mandi. Kemudian berangkat ke sekolah, bahkan kadang tak sempat sarapan pagi. Waktu sekolah di Indonesia memang agak kepagian dibanding jam sekolah di banyak negara.

Dengan demikian, jika anak yang sebelumnya di pagi hari dengan semangat datang ke sekolah, tetapi kemudian jadi tertidur di ruang kelas, penyebabnya tidaklah tunggal. Penyebabnya tidak selalu bermakna si anak adalah anak pemalas, tak mau diatur, tukang tidur dan sejenisnya. Sangat boleh jadi ada sebab lain.
Saya cenderung mengatakan bahwa jika ada kejadian siswa tertidur di kelas, pihak pertama yang wajib melakukan refeleksi adalah guru. Apakah kita para guru telah melakukan proses pembelajaran yang menarik, yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Apakah kita sudah bisa mengorkestrasi kelas kita sedimikian rupa dengan berbagai metode pembelajaran yang 'membangunkan siswa' sehingga anak-anak itu bisa terus hidup di kelas, lupa dengan dunia di luar, bahkan tak sempat untuk menguap?
Jika anda sudah melakukan yang terbaik dalam pengelolaan kelas, kemudian tetap masih ada satu dua anak yang terlihat tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, seperti tertidur di kelas itu. Maka, kita para guru perlu bertindak bijak. Mencoba mencari tahu apa sesungguhnya penyebab mereka tertidur.
Apakah karena siswa sedang sakit, misalnya. Bisa juga karena siswa semalam kurang tidur karena begadang membuat berbagai tugas yang diberikan guru pada hari sebelumnya, atau karena siswa sudah kecapean dengan berbagai kegiatan di sekolah yang sering padat, dari pagi sampai sore. Sehingga tubuhnya secara natural meminta istirahat.
Karena alasan siswa tertidur itu majemuk, maka guru perlu hati-hati menghadapi siswa yang tertidur ini. Diantara cara yang bisa dilakukan guru adalah dengan mendekat secara fisik ke arah siswa yang sedang tertidur, kemudian memanggil namanya tanpa dia duga. Seringkali tidurnya siswa di kelas hanyalah 'lalok-lalok' ayam, yang dengan mudah dibangungkan hanya dengan cara guru berdiri di dekat siswa yang sedang lalok-lalok ayam itu.
Cara lain, tentu dengan membangunkan siswa baik-baik. Bisa dengan menyentuh pundaknya, menyebut namanya, Biasanya sangat mudah membangunkan dengan cara ini. Setelah terbangun guru dengan baik-baik bisa meminta siswa ke luar kelas, mencuci muka. Seringkali cara ini efektif membuat anak kembali segar dan bisa kembali mengikuti pelajaran.
Jika setelah kembali kelas, siswa yang bersangkutan masih tetap terkantuk-kantuk, guru harus sensitif bahwa itu memang adalah tanda-tanda alamiah yang tak bisa dipaksakan. Satu-satunya obat mengantuk memang adalah tidur itu sendiri. Di beberapa sekolah di negara maju bahkan ada jadwal 'tidur siang' untuk memberi kesempatan siswa beristirahat.
Untuk alasan ini saya pernah mempersilakan seorang mahasiswa yang tetap mengantuk di kelas saya untuk pindah ke ruang kosong di sebelah.
'Silakan saudara tidur sekejap di ruang sebelah. Setelah itu balik lagi ke kelas ini', demikian suatu hari saya memberi kesempatan.
Besoknya ketika kembali bertemu dengan mahasiswa, saya tanya, 'You mengapa terlihat sering mengantuk di kelas?', selidik saya.
Tak langsung dia jawab, tetapi setelah saya tanya lagi, dia kemudian memberi penjelasan.
"Maaf sir. Saya harus bekerja di warnet setiap malam. Saya kuliah atas biaya saya sendiri. Saat ini hanya bekerja di warnet itu yang bisa saya lakukan untuk bisa bertahan kuliah dan bisa tetap hidup'.
Saya kemudian menemukan jawaban mengapa si mahasiswa sering terlihat mengantuk. Cerita seperti ini penting diketahui guru ataupun dosen agar tak sembarangan main siram-siraman di dalam kelas, seperti pada video viral itu.
Kejadian seperti yang kita lihat di video itu bisa membawa dampak psikologis berupa rasa malu dan bahkan trauma pada diri siswa. Luka psikologis ini bisa menjadi asbab siswa tak mau dan tak mampu mengikuti kelas berikutnya dengan baik. Apalagi kalau sudah sampai viral sedunia. Siswa dan sekolah bisa saja berdamai, tetapi luka psikologis itu bisa tetap bertahan lama. Bisa merusak masa depan siswa. Kita tentu tak ingin itu terjadi pada anak-anak kita.
Wallahu a'lam!

I teach (and learn) for the same reason I breathe. Jatuh cinta dengan kegiatan belajar dan mengajar, karena dua aktifitas inilah yang menjadikan peradaban terus tumbuh dan berkembang ^_^ I have been teaching in various institutions in Indonesia, ranging from primary school to university level. I am currently an associate professor in the English education department of Universitas Riau, Indonesia. My research interests are in the areas of (English) teacher training and education, English Language Teaching, and educational policy in the Indonesian context. I am happy to share my knowledge with all interested teachers worldwide. Feel free to contact me through my email as seen in my blog :-). Many thanks!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »